Suara burung-burung pipit yang berkicau tatkala ku membuka mata...
Terdengar lembut... bagaikan hembusan angin segar yang membawaku kembali pada masa lalu...
Kedamaiannya begitu jernih dalam ingatan, membuatku ingin terus terperangkap di dalamnya...
Aku tidak ingin kembali...sedetik pun.
Ingin terus berada disana, dipelukan hangatnya mentari pagi.
Lama...dalam diam...dalam hangatnya kata-kata yang tak terucapkan, yang hanya bisa dimengerti dalam pancaran bola mata.
Aku merindukanmu cahaya...
Rindu dalam buncah yang telah berabad terkunci dalam kesadaran di dasar kegelapan.
Aku merindukanmu...sungguh...
Meski bibirku terkatup rapat, meskinya kau tahu...betapa aku...
Cahaya, datanglah dalam mimpiku...
Bawakan aku sejumput surga dan sinari relung hatiku...
Cahaya..
Cahaya..
Cahaya..
Lepaskan aku.... dari mimpi burukku...
Cahaya...
Autumnal Moksori
Entri Populer
-
Ada yang tahu nama bunga di atas? Ya, benar sekali. Dalam bahasa Indonesia biasa disebut dengan nama 'Randa Tapak' , tapi ia leb...
-
Alkisah pada jaman dahulu kala, hiduplah Dewa di puncak gunung yang berada di tengah pegunungan. Hari itu tanggal 30 Desember, sehari se...
-
Konon, di sebuah desa di perbukitan ada seorang anak gadis yang sangat cantik dan mempesona. Anak gadis tersebut bernama Oryu. Dia mempuny...
-
Suara burung-burung pipit yang berkicau tatkala ku membuka mata... Terdengar lembut... bagaikan hembusan angin segar yang membawaku kembali...
-
Pada jaman dahulu kala, di sebuah desa ada seorang pemuda yang rajin dan baik hati. Suatu hari, ketika sang pemuda hendak pergi untuk b...
-
"Nobody wants to be alone...but in the end everyone is alone..." Hari ini aku mendengarkan tangis seseorang di ujung telepon...
-
Konon, pada zaman dahulu kala hiduplah sepasang suami istri yang sudah lama sekali tidak dikaruniai anak. Meskipun sudah berkali-kali be...
-
Suatu hari ada seekor kucing besar dan seekor kucing kecil. Dua ekor kucing tersebut menemukan dua buah onigiri. Kucing yang besar menemuk...
-
Aku hanyalah sebutir debu di kegersangan padang pasir yang mencoba merangkak ke arah tanah berhujan Aku hanyalah sebutir debu yang terb...
-
Pada zaman dahulu kala di sebuah rumah kecil di sebuah desa hiduplah seorang ibu mertua dan menantu perempuannya. Menantunya tersebut adal...
Sunday, February 12, 2012
Monday, January 16, 2012
Dandelion, Flower of Hope
Ada yang tahu nama bunga di atas? Ya, benar sekali. Dalam bahasa Indonesia biasa disebut dengan nama 'Randa Tapak', tapi ia lebih populer dengan sebutan 'Dandelion' dalam bahasa Inggris. Bunga ini merupakan sejenis perdu yang biasa tumbuh liar di halaman rumah, pinggir jalan, kebun, ladang, bahkan disela-sela bebatuan. Bagi masyarakat Sunda, tumbuhan ini biasa dikenal dengan istilah 'Jonge'. Orang-orang jaman dahulu biasa memakan daun dandelion sebagai 'lalaban' atau selada. Aku sendiri belum pernah mencobanya, karena di zaman sekarang, orang-orang tidak lagi lazim memakan tumbuhan ini. Aku pikir, dandelion itu rasanya pastilah tidak enak, mengingat getahnya yang putih bak susu itu rasanya sangatlah pahit.
Dandelion termasuk ke dalam genus "Taraxacum" dari family "Asteraceae" dan merupakan tumbuhan asli Eurasia serta Amerika Utara. Nama dandelion sendiri berasal dari bahasa Perancis "dent-de-lion" yang berarti gigi harimau. Sama halnya seperti keluarga Asteraceae lainnya, dandelion memiliki banyak bunga-bunga yang sangat kecil, yang berkumpul di tengah sebagai kepala bunga. Setiap bunga tunggal yang berkumpul di kepala bunga disebut floret.
Dandelion memang hanyalah sebuah perdu. Sebuah perdu yang mungkin dipandang tidak berguna dan hanya mengganggu saja oleh sebagian orang. Padahal dandelion merupakan tumbuhan yang sangat bermanfaat dalam kehidupan.
1. Sebagai Rumput Liar yang Bermanfaat
Tumbuhan dandelion adalah sejenis rerumputan yang memiliki berbagai macam kegunaan. Ia bahkan merupakan tanaman pendamping yang baik untuk berkebun. Taproot yang dimilikinya akan memunculkan nutrisi yang diperlukan oleh tanaman-tanaman lain yang berakar dangkal (pendek), serta menambahkan kandungan mineral dan nitrogen ke dalam tanah. Ia juga dikenal sebagai tanaman yang dapat mengundang serangga penyerbuk dan melepaskan gas ethylene yang berfungsi dalam membantu pematangan buah.
2. Penggunaan dalam Masakan
Dandelion ditemukan di semua benua dan telah dikenal sejak zaman prasejarah, namun varietas yang dibudidayakan untuk konsumsi sebagian besar asli dari Eurasia. Dandelion merupakan tumbuhan abadi yang daun-daunya akan selalu kembali tumbuh jika taprootnya dibiarkan utuh. Pucuk dan daun dandelion telah menjadi bagian dari masakan tradisional Sephardic, China dan Korea. Di daerah Timur Laut Amerika Serikat, tanaman ini dibudidayakan dan dimakan sebagai campuran salad. Di Kreta, Yunani, varietas daun yang disebut Mari, Mariaki, atau Koproradiko dimakan oleh penduduk setempat baik mentah ataupun direbus dalam salad. Selain itu, kelopak bunga dandelion dicampur bersama dengan bahan-bahan lainnya digunakan sebagai bahan untuk membuat anggur dandelion. Akar panggang dandelion yang telah digiling dapat digunakan sebagai kopi dandelion yang bebas dari kandungan kafein. Dandelion juga secara tradisional digunakan untuk membuat soft drink dandelion (semacam minuman tradisional Inggris), burdock, serta digunakan sebagai bahan root beer.
Daun dandelion mengandung vitamin dan mineral yang melimpah, terutama vitamin A, C, dan K, serta merupakan sumber kalsium yang baik , kalium, besi dan mangan.
3. Penggunaan Tradisional
Secara historis, dandelion merupakan tumbuhan berharga yang digunakan sebagai bahan obat-obatan, karena memiliki sejumlah kandungan senyawa farmakologi aktif. Ia digunakan sebagai obat tradisional di China, Meksiko, dan Amerika Utara. Secara budaya, dandelion digunakan untuk mengobati infeksi, masalah hati dan empedu, kanker, serta sebagai diuretik. Ada bukti yang menunjukkan bahwa dandelion juga memiliki efek anti-inflamasi yang dapat membantu infeksi saluran kemih pada wanita.
Serbuk sari dandelion dapat menyebabkan reaksi alergi ketika dimakan, atau mengakibatkan reaksi merugikan pada kulit yang sensitif. Karena tingkat kaliumnya yang tinggi, dandelion juga dapat meningkatkan resiko hiperkalemia ketika digunakan sebagai diuretik dengan kandungan kalium yang sedikit.
4. Kegunaan bagi Serangga
Dandelion merupakan tanaman yang penting bagi lebah bagian bumi belahan utara, karena ia menyediakan nektar dan serbuk sari penting di awal musim. Dandelion merupakan tanaman pangan bagi larva dari beberapa spesies Lepidoptera (kupu-kupu dan ngengat). Ia juga merupakan sumber nektar bagi Pearl-bordered Fritillary (Boloria euphrosyne), salah satu kupu-kupu yang muncul paling awal di musim semi.
Di atas merupakan sedikit ulasan tentang Dandelion yang diambil dari wikipedia. Ternyata, meski terlihat seperti perdu yang tidak berharga, pada kenyataannya dandelion merupakan tanaman yang banyak manfaatnya, tidak hanya bunganya, akarnya pun sangat bermanfaat. Akan tetapi, bukan hanya alasan ini saja yang membuatku jatuh cinta pada dandelion. Bagiku, bahkan mungkin bagian sebagian orang, dandelion merupakan flower of hope, yaitu bunga yang melambangkan harapan. Orang-orang Barat memiliki kebiasaan meniup bunga dandelion kering sambil mengucapkan harapan-harapan mereka. Mungkin mereka berharap harapan mereka bisa tersampaikan seiring dengan terbangnya dandelion menuju langit. Tapi bagiku, yang juga menyukai kegiatan meniup bunga dandelion kering, dandelion merupakan lambang kebebasan. Bunga-bunga kering itu dengan ringannya terbang bersama angin ke langit biru, menjelajah dunia, mencari tempat baru untuk tumbuh. Melihat mereka terbang jauh.... jauh.... jauh ke angkasa, selalu membuatku merasa nyaman, dan tanpa disadari sebersit harapan tumbuh dalam benak dan hatiku. Jika dandelion yang kecil saja mampu mengarungi dunia hanya dengan berbekal harapan dan keberanian, maka aku pun bisa. Aku pasti bisa terbang melihat dunia, mencari tempat yang sesuai untukku. Aku pasti bisa bertahan, sama halnya seperti dandelion kecil yang tertiup angin.
"Fallin leaves, doesn't hate the wind." Sesulit apapun kehidupan itu, aku tidak boleh membencinya, apalagi putus asa karenanya. Yang harus dilakukan hanyalah satu, berusaha, berusaha, dan berusaha. Jangan menunggu kebahagiaan datang menghampiri kita, tapi jemputlah kebahagiaan itu.
Labels:
bunga,
makanan,
obat-obatan,
tanaman
Location:
Indonesia
Sunday, January 15, 2012
Asal Mula 12 Shio Binatang
Alkisah pada jaman dahulu kala, hiduplah
Dewa di puncak gunung yang berada di tengah pegunungan. Hari itu tanggal 30
Desember, sehari sebelum tahun baru, sang Dewa menulis surat kepada binatang-binatang seluruh
negeri. Dewa yang telah selesai menulis surat-surat itu lalu meniupnya dari
jendela.
Surat-surat itu diterbangkan oleh angin,
ke gunung, sungai, lembah, dan hutan, ke segenap penjuru. Keesokan harinya
tanggal 31 pagi, para binatang menerima surat
itu. Isinya seperti ini: “Pada pagi hari di tahun baru, saya akan memilih
binatang yang paling cepat datang kemari, dari nomor satu sampai nomor dua
belas. Lalu setiap tahun saya akan mengangkat satu-persatu sebagai jenderal
berdasarkan urutan. Tertanda, Dewa.”
Para
binatang pun bersemangat.
“Wah, kalau begitu, aku harus
menjadi jenderal!”
Tetapi, ada seekor binatang yang
tidak membaca surat
ini, yaitu seekor kucing yang suka bersantai. Kucing mendengar tentang surat sang Dewa ini dari
tikus. Tikus yang licik bahwa mereka harus berkumpul ke tempat Dewa pada
tanggal 2 pagi, padahal seharusnya tanggal 1 pagi.
“Oh tikus, terima kasih atas
kebaikan hatimu.”
Semua binatang bersemangat sambil
memikiran kemenangan.
“Baik, besok pagi-pagi ya. Aku akan
tidur cepat malam ini.”
Semua binatang pun tidur cepat.
Tetapi, hanya sapi yang berpikir,
“Jalanku lambat, jadi aku akan berangkat malam ini.”
Maka berangkatlah sapi sebelum
matahari terbenam. Tikus yang melihatnya lantas meloncat menaiki punggung sapi.
“Betapa menyenangkan!”
Sapi yang tidak menyadarinya terus
berjalan dengan lambat.
“Mungkin aku menjadi nomor satu,
moooo!”
Keesokan harinya, para binatang
berangkat sekaligus saat hari masih gelap. Anjing, monyet, harimau, ular,
kelinci, ayam, domba, juga kuda, semuanya berlari menuju tempat tinggal sang
Dewa. Akhirnya matahari tahun baru mulai terbit, yang pertama-tama muncul
membelakangi matahari tersebeut adalah….sapi. Oh, bukan! Itu adalah tikus!
Tikus melompat turun dari punggung sapi, lantas melompat ke hadapan Sang Dewa
dengan cepat.
“Dewa, Selamat Tahun Baru!”
“Oh, selamat! Selamat!”
Sapi merasa sangat kecewa, ”Mengapa?
Mooo!” dan mulai menangis.
Lalu berturut-turut datanglah
harimau, kelinci dan naga. Binatang-binatang lainnya tiba susul-menyusul.
Akhirnya tibalah waktu pengumuman urutan pemenang oleh sang Dewa.
“Saudara-saudara sekalian selamat
datang. Sekarang saya akan mengumumkan hasilnya. Nomor satu tikus. Dilanjutkan
dengan sapi, harimau, kelinci, naga, ular, kuda, domba, monyet, ayam, anjing,
dan babi hutan. Dengan demikian, telah ditetapkan pemenang nomor satu sampai
dengan dua belas!”
Dua belas ekor binatang yang
terpilih ini disebut 12 shio binatang. Kedua belas shio binatang itu mulai
berpesta pora dengan minuman keras sambil mengelilingi sang Dewa.
“Mari minum!”
Naga dan harimau juga bersuka ria.
Kelinci dan tikus juga berkata, “Mari minum!”
Saat itu kucing datang berlari-lari
dengan wajah yang marah dan menakutkan.
“Tikus!!! Kenapa kamu menipuku!
MEONG!! Aku akan menangkap dan memakanmu!! Sini!!!”
Tikus berlari terbirit-birit. Kucing
berputar-putar mengejarnya. Sementara pesta berlangsung amat ramai.
Sejak saat itu, mulailah era 12 shio
binatang. Mulai dari tahun tikus, kemudian sapi, harimau, kelinci, naga, ular,
kuda, domba, monyet, ayam, anjing, dan babi hutan. Kucing yang tidak termasuk
ke dalam 12 shio binatang karena ditipu tikus, sangat marah hingga sampai
sekarang pun masih berputar-putar mengejar tikus.
Sumber: dari berbagai sumber
Istri Penjelmaan Belut
Pada jaman dahulu kala, di sebuah
desa ada seorang pemuda yang rajin dan baik hati. Suatu hari, ketika sang
pemuda hendak pergi untuk bekerja, ia melihat beberapa anak sedang mencoba
menangkap seekor belut putih. Di tangan mereka tergenggam tongkat kayu yang
sekali-kali diayunkan untuk memukul belut tersebut. Sejenak sang pemuda
berhenti dan mendekati anak-anak tersebut. Karena merasa kasihan, sang pemuda
berkata kepada anak-anak itu, “Jangan mengganggu binatang. Belut itu juga
makhluk hidup seperti kita. Biarkan dia pergi!”. Anak-anak itu pun berhenti
seketika. Dengan perasaan dongkol mereka pun pergi meninggalkan tempat itu.
Demikian juga sang belut pergi ke arah genangan air di sawah. Sang pemuda pun
pergi melanjutkan perjalanannya.
Malam harinya, ketika sang pemuda
hendak bersiap-siap untuk tidur, tiba-tiba pintu rumahnya diketuk orang. “Tok..
tok”. Sang pemuda heran, tidak biasanya malam-malam begini ada tamu yang datang
ke rumahnya. Akhirnya ia pun membuka pintu rumahnya. Bukan main terkejutnya
sang pemuda, ternyata di hadapannya telah berdiri seorang gadis yang cantik
jelita.
“Selamat malam. Mohon maaf
sebelumnya. Saya sedang tersesat dan kemalaman di jalan. Bolehkah saya
menumpang istirahat barang satu malam di rumah tuan?” pinta sang gadis.
“Silakan masuk!” kata sang pemuda
dengan gugup. Malam itu sang gadis pun menginap di rumah sang pemuda.
Keesokan paginya, sang gadis
berkata kepada sang pemuda, “Sebenarnya saya sudah tidak mempunyai orang tua
dan sanak saudara lagi. Saya hidup sebatang kara dan tidak punya rumah untuk
pulang. Tolong ambil saya sebagai istri tuan. Saya akan bekerja keras setiap
hari untuk membantu tuan” kata sang gadis. Mendengar hal itu sang pemuda merasa
iba. Akhirnya ia dan gadis itu menikah. Mereka hidup dengan bahagia dan
dikaruniai seorang bayi laki-laki yang lucu.
Pada suatu hari, pekerjaan sang
pemuda di ladang telah selesai lebih cepat dari hari-hari sebelumnya. Ia pun
berniat pulang lebih cepat dari biasanya. Ketika sampai di rumah, ia melihat
suasana sangat sepi dan pintu rumah juga terkunci rapat. Karena merasa curiga
maka ia coba melihat keadaan di dalam rumah dari jendela di kamarnya. Bukan
main terkejutnya saat sang pemuda melihat pemandangan di dalam kamarnya. Ia
melihat seekor binatang yang menyerupai belut sedang melingkarkan
tubuhnya di lantai kamar. Di tengah-tengahnya tergeletak sang bayi. Lidah
binatang yang berwarna merah itu menjulur menjilati tubuh sang bayi. Anehnya
sang bayi justru merasa senang dan tidak takut. Sang pemuda sangat ketakutan
dan lari menginggalkan rumahnya. Ia berpikir bahwa belut besar di kamarnya tadi
tidak lain adalah jelmaan istrinya sendiri. Namun untuk memastikan dugaannya
itu, sore harinya ia kembali pulang ke rumahnya. Sesampai di depan rumahnya ia
melihat istrinya sedang menggendong sang bayi. Seperti tidak terjadi apa-apa ia
lalu makan malam bersama sang istri.
Namun, sang istri ternyata tahu
bahwa suaminya telah melihat wujud aslinya. Sang istri pun berkata, “Suamiku,
akhirnya engkau telah melihat wujud asliku siang tadi. Sebenarnya aku adalah
jelmaan belut yang telah kau tolong dari gangguan anak-anak setahun yang lalu.
Aku ingin sekali membalas budimu. Namun, karena engkau telah melihat wujud
asliku, maka aku tidak dapat hidup lagi bersamamu. Aku harus pergi. Tapi bayi
kita adalah bayi manusia, maka engkau harus memeliharanya dengan baik” kata
sang istri sedih. Kemudian ia mengeluarkan sebuah bola putih kecil dan
memberikannya kepada suaminya.
“Kalau bayi kita menangis karena
haus atau lapar berikan bola ini agar ia dapat menghisapnya. Ia tidak akan
menangis lagi” kata istrinya berpesan.
Setelah mengatakan hal itu, sang
istri pun pergi keluar rumah. Sang suami dengan sedih mencari-carinya, namun
sang istri sudah lenyap di kegelapan malam.
Sejak saat itu sang suami
membesarkan bayinya seorang diri. Sesuai pesan istrinya, ia membiarkan sang bayi
menghisap dan mengulum bola putih yang lentur itu. Bayi itu terus tumbuh dengan
sehatnya. Tidak pernah sekalipun sang bayi jatuh sakit. Kehebatan bola putih
itu terdengar ke seluruh wilayah, hingga sampai ke telinga sang penguasa
wilayah. Akhirnya bola putih itu pun diambil secara paksa oleh sang penguasa.
Dan sejak saat itu juga sang bayi mulai mengangis tak henti-hentinya. Bukan
main bingungnya sang suami. Ia pun berjalan menyusuri hutan untuk mencari
istrinya. Setelah lama berjalan, akhirnya ia tiba di sebuah danau. Dengan putus
asa ia berteriak.
“Wahai istriku, sejak kepergianmu
sungguh merana hidupku. Kalau memang engkau ada disini, tunjukkanlah dirimu.
Aku ingin berjumpa denganmu!” katanya dengan pilu.
Tiba-tiba permukaan air danau
tersebut bergelombang, dan dari dalamnya mucul seekor belut yang sangat besar.
“Apa kabar suamiku? Apa yang
membuatmu bersedih hati?” tanya belut tersebut. Akhirnya sang suami
menceritakan tentang bola putih pemberian istrinya yang telah diambil oleh sang
penguasa.
“Suamiku, bola putih itu
sebenarnya adalah bola mataku sendiri. Ia berguna sebagai pengganti air susu
bagi bayi kita. Kalau aku berikan bola mata satu lagi, aku tidak akan bisa
melihat lagi” kata sang belut.
“Tolonglah istriku, anak kita
menangis tiada henti-hentinya” kata sang suami.
“Baiklah kalau begitu. Aku akan
berikan bola mata yang satunya. Tapi kau harus berjanji. Agar bola mata ini
tidak diambil orang lain, bawalah bayi kita dan pergi jauh-jauh dari desa” kata
sang belut sambil memberikan sebutir bola putih.
“Terima kasih istriku. Jagalah
baik-baik dirimu!” ucap sang suami dengan meneteskan air mata.
“Jagalah dirimu dan rawat
baik-baik anak kita!” kata sang belut.
Setelah mengucapkan salam
perpisahan, sang belut kembali ke dasar danau, dan suaminya pun pulang dengan
hati yang sangat sedih.
Setelah sampai di rumahnya, ia
segera mengumpulkan barang perbekalannya lalu pergi meninggalkan desa tersebut
bersama sang anak yang masih kecil. Beberapa waktu kemudian di wilayah desa
tersebut timbul gempa bumi yang sangat hebat. Semua bangunan hancur, termasuk
istana sang penguasa yang telah mengambil paksa bola mata milik sang belut.
Sang penguasa sendiri pun mati akibat tertimpa reruntuhan bangunannya.
Demikianlah, menurut kepercayaan tradisional masyarakat Jepang, gempa bumi
diakibatkan oleh belut raksasa yang bergerak di dalam tanah. Belut itu menabrak
benda di sekelilingnya karena tidak mempunyai mata lagi untuk melihat.
Judul asli: Mekura no Mizu no
Kami (Dewi Air yang Tidak Bisa Melihat) berasal dari Prefektur Saga.
Sumber: dari berbagai sumber
Issunboushi
Konon, pada zaman
dahulu kala hiduplah sepasang suami istri yang sudah lama sekali tidak
dikaruniai anak. Meskipun sudah berkali-kali berdoa di kuil untuk memohon
tetapi masih juga belum dikaruniai anak. Akhirnya suatu ketika mereka kembali
lagi ke kuil untuk berdoa.
“Ya Tuhan, biar
sekecil jari telunjuk pun tolong berilah kamu anak!” pinta sang istri dalam
doanya. Akhirnya sang istri pun benar-benar melahirkan seorang anak sebesar
jari jempol. Mereka memberi nama anak itu Issunboushi. Meskipun anak mereka
sangat kecil, tetapi karena itu adalah pemberian dari Tuhan, mereka merawatnya
dengan penuh kasih sayang.
Suatu hari
Issunboushi menghadap ayah ibunya dan berkata, “Ayah dan Ibu, tiba saatnya
bagiku untuk pergi merantau. Karena itu saya mohon pamit untuk berangkat besok!”
Mendengar hal itu,
ayah dan ibu Issunboushi sangat terkejut. Semula mereka melarang kepergian anak
satu-satunya yang sangat disayangi itu, tapi karena kemauan Issunboshi yang
sangat kuat akhirnya mereka mengijinkannya juga. Esok paginya Issunboushi berangkat.
Setelah memberi bekal makanan secukupnya, Issunboushi berangkat dengan memakai
sebuah batok kelapa dengan melalui arus sungai. Arus sungai itu akhirnya
membawa Issunboushi sampai ke sebuah kota
yang sangat besar dan ramai. Karena badan Issunboushi sangat kecil, maka ia
harus benar-benar berhati-hati ketika berjalan di tengah keramaian. Beberapa
kali ia harus diam di pinggir tembok untuk menunggu jalanan mulai sepi. Setelah
dirasa cukup sepi, ia harus berlari menyebrangi jalan agar tidak sampai terinjak
orang atau kuda yang setiap saat bisa melintas di jalanan.
Akhirnya sampailah
ia di sebuah rumah yang sangat besar dan luas. Mungkin rumah itu milik seorang
pembesar di negeri itu. Issunboushi ingin bekerja di rumah itu. Sesampai di
depan pintu, ia mulai berteriak sekencang-kencangnya agar terdengar si pemilik
rumah. “Permisi… Permisi…!” teriaknya. Tetapi tak seorang pun keluar untuk
menemuinya. Ia pun berteriak lagi dengan lebih keras. Nah, kali ini ada seorang
kakek-kakek dengan pakaian yang sangat indah keluar dari dalam rumah.
“Hah, siapa yang
berteriak-teriak tadi ya? Kok aneh, tidak ada seorang pun?” kata sang kakek
yang nampaknya pemilik rumah itu dengan keheranan. Karena tidak ada seorang pun
maka ia hendak kembali ke dalam. Tetapi…
“Tuan, saya ada
disini! Di bawah!” teriak Issunboushi dengan kencang. Akhirnya kakek tersebut
dapat menemukan keberadaan Issunboushi. Diambilnya Issunboushi dan ditaruhnya
di atas telapak tangannya. Kakek tersebut sangat senang bertemu dengan
Issunboushi, karena itu dengan mudah Issunboushi pun mendapat pekerjaan di
rumah itu. Adapun pekerjaan Issunboushi setiap hari adalah menemani putri kakek
itu untuk bermain. Issunboushi sangat senang bisa menemani putri yang sangat
cantik jelita itu. Demikian juga dengan sang putri yang merasa sangat senang
mendapatkan teman bermain yang mungil dan lucu.
Suatu hari sang
putri ingin mengunjungi sebuah kuil yang berada di atas sebuah bukit. Sang
putri ingin berdoa bagi ibunya yang sudah meninggal. Dengan penuh suka cita
Issunboushi pun menemani perjalanan sang putri. Adapun kuil tersebut letaknya
agak jauh. Mereka harus melewati hutan lebat yang menurut cerita orang-orang
terdapat seorang raksasa yang jahat dan kejam. Setelah berdoa di kuil tersebut
mereka pun pulang. Tapi ketika melewati hutan yang lebat itu, perjalanan sang
putri dihadang oleh raksasa jahat. Raksasa itu hendak menculik sang putri.
Tentu saja hal itu membuat Issunboushi marah dan menantang raksasa jahat itu
untuk berkelahi. Dengan menghunuskan pedangnya Issunboushi siap berkelahi untuk
menyelematkan sang putri. Tetapi karena badannya sangat kecil, maka dengan
mudah ia dapat ditelan oleh sang raksasa.
Di dalam perut sang
raksasa, Issunboushi yang masih hidup itu menusuk-nusuk perut sang raksasa
hingga sang raksasa pun merasa kesakitan dan akhirnya memuntahkan Issunboushi
keluar lagi. Raksasa itu pun lari terbirit-birit karena kesakitan. Dan sang
putri pun selamat. Ketika sang raksasa lari pontang-panting, dari pakaiannya
terjatuh sebuah benda mirip gendang kecil.
“Benda apakah ini,
Putri?” tanya Issunboushi.
“Oh, ini adalah
benda ajaib milik raksasa jahat tadi!” jawab sang putri seraya mengambil benda
tersebut dari hadapan Issunboushi.
“Benda ajaib? Apa
gunanya?” tanya Issunboushi dengan penasaran.
“Menurut cerita
kakek, benda ini dapat mengabulkan semua permohonan manusia” kata sang putri
sambil tersenyum.
“Kalau begitu,
tolong minta agar badan saya menjadi besar!” pinta Issunboushi.
Ternyata sungguh
ajaib. Ketika sang putri menabuh gendang kecil itu dan memohon agar badan
Issunboshi menjadi besar, beberapa detik kemudian Issunboushi yang tadinya
kecil berubah menjadi seorang pemuda yang tampan dan gagah.
“Terima kasih, Putri” kata Issunboushi yang sudah berubah
itu. Dengan wajah yang memerah karena malu, sang putri pun akhirnya diantar
oleh Issunboshi sampai ke rumah lagi. Akhirnya, karena keluarga sang putri
merasa sangat berhutang budi kepada Issunboushi mereka pun menikahkan putri
mereka yang cantik jelita itu dengan Issunboushi. Dalam pesta pernikahannya,
Issunboushi tidak lupa untuk mengundang kedua orang tuanya di desa. Akhirnya
mereka pun hidup berbahagia bersama
Judul asli: Issunboushi
(Si Jempol) berasal dari Prefektur Okayama.
Sumber: dari berbagai sumber
Dua Kucing dan Dua Onigiri
Suatu hari ada seekor kucing
besar dan seekor kucing kecil. Dua ekor kucing tersebut menemukan dua buah
onigiri. Kucing yang besar menemukan onigiri kecil, sedangkan kucing yang kecil
menemukan onigiri besar. Karena hanya mendapatkan onigiri yang kecil, kucing
besar itu berkata kepada kucing yang kecil.
“Hei, kucing kecil. Lihatlah,
badanmu kan
kecil kenapa kamu mau makan onigiri yang besar? Ayo tukarkan dengan onigiriku
saja” kata kucing besar.
“Enak saja. Aku kan yang menemukan onigiri besar ini, jadi
walaupun badanku kecil aku berhak makan onigiri besar” kata kucing kecil.
“Heh, dimana-mana itu kalau
kucing kecil makannya ya sedikit. Kalau kucing besar makannya ya banyak. Kok
begitu saja kamu tidak tahu sih?”
“Nah, aku kini tahu akal bulusmu.
Kamu khawatir kan
kalau aku makan onigiri besar ini badanku akan menjadi besar. Kalau badanku
besar, kamu takut kalah saingan kan?”
“Bukan begitu. Tapi wajarnya
karena badanmu kecil, ya makanmu juga sedikit saja. Nanti kalau makan
kebanyakan perutmu akan sakit”
“Ah, kamu ini mau mencoba
membujukku ya? Pokoknya aku gak mau!”
Karena tidak ada yang mau
mengalah, akhirnya kedua kucing itu saling bertengkar. Pada saat bertengkar
itu, kucing besar mendapatkan ide.
“Begini saja, bagaimana kalau
kita pergi bertanya kepada kera. Mungkin dia mempunyai pendapat yang lebih
bagus” kata kucing besar.
“Baiklah aku setuju” kata kucing
kecil.
Akhirnya dengan menggelindingkan
onigiri di sepanjang jalan, mereka pergi menemui kera. Kedua kucing itu lalu
menceritakan persoalan yang sedang mereka hadapi.
“Hmm… sulit juga ya. Tapi kalau
menurut pendapatku, bagaimana kalau dua onigiri ini dibagi rata hingga mencapai
besar yang sama?” tanya kera.
“Baik, saya setuju”
“Saya juga setuju”
“Baiklah, sementara aku menimbang
berat onigiri ini, kalian pergilah sedikit menjauh”
Akhirnya kera memegang dua buah
onigiri itu di tangan kanan dan kirinya. Ia mencoba menimbang-nimbang dengan
tangannya.
“Hmm… kok berat yang kanan ya?”
kata kera seraya mengambil sedikit bagian onigiri di tangan kanannya lalu
memakannya.
Kera lalu menimbang-nimbang lagi.
“Kok terasa berat yang kiri ya?”
katanya lagi seraya mengambil sedikit bagian onigiri dari tangan kirinya lalu
memakannya.
Kera terus menimbang-nimbang
berat onigiri itu. Namun ia tetap tidak bisa merasakan berat onigiri yang sama.
Sampai akhirnya dua buah onigiri itu pun habis dimakannya sedikit demi sedikit.
Melihat kedua onigiri mereka habis, kedua kucing itu pun sangat kecewa. Mereka
pulang sambil menangis tersedu-sedu. Miauww…
Judul asli: Futatsu no
Omusubi (Dua Buah Omusubi) berasal dari Prefektur Fukuoka.
Sumber: dari berbagai sumber.
Subscribe to:
Posts (Atom)