Konon, pada zaman
dahulu kala hiduplah sepasang suami istri yang sudah lama sekali tidak
dikaruniai anak. Meskipun sudah berkali-kali berdoa di kuil untuk memohon
tetapi masih juga belum dikaruniai anak. Akhirnya suatu ketika mereka kembali
lagi ke kuil untuk berdoa.
“Ya Tuhan, biar
sekecil jari telunjuk pun tolong berilah kamu anak!” pinta sang istri dalam
doanya. Akhirnya sang istri pun benar-benar melahirkan seorang anak sebesar
jari jempol. Mereka memberi nama anak itu Issunboushi. Meskipun anak mereka
sangat kecil, tetapi karena itu adalah pemberian dari Tuhan, mereka merawatnya
dengan penuh kasih sayang.
Suatu hari
Issunboushi menghadap ayah ibunya dan berkata, “Ayah dan Ibu, tiba saatnya
bagiku untuk pergi merantau. Karena itu saya mohon pamit untuk berangkat besok!”
Mendengar hal itu,
ayah dan ibu Issunboushi sangat terkejut. Semula mereka melarang kepergian anak
satu-satunya yang sangat disayangi itu, tapi karena kemauan Issunboshi yang
sangat kuat akhirnya mereka mengijinkannya juga. Esok paginya Issunboushi berangkat.
Setelah memberi bekal makanan secukupnya, Issunboushi berangkat dengan memakai
sebuah batok kelapa dengan melalui arus sungai. Arus sungai itu akhirnya
membawa Issunboushi sampai ke sebuah kota
yang sangat besar dan ramai. Karena badan Issunboushi sangat kecil, maka ia
harus benar-benar berhati-hati ketika berjalan di tengah keramaian. Beberapa
kali ia harus diam di pinggir tembok untuk menunggu jalanan mulai sepi. Setelah
dirasa cukup sepi, ia harus berlari menyebrangi jalan agar tidak sampai terinjak
orang atau kuda yang setiap saat bisa melintas di jalanan.
Akhirnya sampailah
ia di sebuah rumah yang sangat besar dan luas. Mungkin rumah itu milik seorang
pembesar di negeri itu. Issunboushi ingin bekerja di rumah itu. Sesampai di
depan pintu, ia mulai berteriak sekencang-kencangnya agar terdengar si pemilik
rumah. “Permisi… Permisi…!” teriaknya. Tetapi tak seorang pun keluar untuk
menemuinya. Ia pun berteriak lagi dengan lebih keras. Nah, kali ini ada seorang
kakek-kakek dengan pakaian yang sangat indah keluar dari dalam rumah.
“Hah, siapa yang
berteriak-teriak tadi ya? Kok aneh, tidak ada seorang pun?” kata sang kakek
yang nampaknya pemilik rumah itu dengan keheranan. Karena tidak ada seorang pun
maka ia hendak kembali ke dalam. Tetapi…
“Tuan, saya ada
disini! Di bawah!” teriak Issunboushi dengan kencang. Akhirnya kakek tersebut
dapat menemukan keberadaan Issunboushi. Diambilnya Issunboushi dan ditaruhnya
di atas telapak tangannya. Kakek tersebut sangat senang bertemu dengan
Issunboushi, karena itu dengan mudah Issunboushi pun mendapat pekerjaan di
rumah itu. Adapun pekerjaan Issunboushi setiap hari adalah menemani putri kakek
itu untuk bermain. Issunboushi sangat senang bisa menemani putri yang sangat
cantik jelita itu. Demikian juga dengan sang putri yang merasa sangat senang
mendapatkan teman bermain yang mungil dan lucu.
Suatu hari sang
putri ingin mengunjungi sebuah kuil yang berada di atas sebuah bukit. Sang
putri ingin berdoa bagi ibunya yang sudah meninggal. Dengan penuh suka cita
Issunboushi pun menemani perjalanan sang putri. Adapun kuil tersebut letaknya
agak jauh. Mereka harus melewati hutan lebat yang menurut cerita orang-orang
terdapat seorang raksasa yang jahat dan kejam. Setelah berdoa di kuil tersebut
mereka pun pulang. Tapi ketika melewati hutan yang lebat itu, perjalanan sang
putri dihadang oleh raksasa jahat. Raksasa itu hendak menculik sang putri.
Tentu saja hal itu membuat Issunboushi marah dan menantang raksasa jahat itu
untuk berkelahi. Dengan menghunuskan pedangnya Issunboushi siap berkelahi untuk
menyelematkan sang putri. Tetapi karena badannya sangat kecil, maka dengan
mudah ia dapat ditelan oleh sang raksasa.
Di dalam perut sang
raksasa, Issunboushi yang masih hidup itu menusuk-nusuk perut sang raksasa
hingga sang raksasa pun merasa kesakitan dan akhirnya memuntahkan Issunboushi
keluar lagi. Raksasa itu pun lari terbirit-birit karena kesakitan. Dan sang
putri pun selamat. Ketika sang raksasa lari pontang-panting, dari pakaiannya
terjatuh sebuah benda mirip gendang kecil.
“Benda apakah ini,
Putri?” tanya Issunboushi.
“Oh, ini adalah
benda ajaib milik raksasa jahat tadi!” jawab sang putri seraya mengambil benda
tersebut dari hadapan Issunboushi.
“Benda ajaib? Apa
gunanya?” tanya Issunboushi dengan penasaran.
“Menurut cerita
kakek, benda ini dapat mengabulkan semua permohonan manusia” kata sang putri
sambil tersenyum.
“Kalau begitu,
tolong minta agar badan saya menjadi besar!” pinta Issunboushi.
Ternyata sungguh
ajaib. Ketika sang putri menabuh gendang kecil itu dan memohon agar badan
Issunboshi menjadi besar, beberapa detik kemudian Issunboushi yang tadinya
kecil berubah menjadi seorang pemuda yang tampan dan gagah.
“Terima kasih, Putri” kata Issunboushi yang sudah berubah
itu. Dengan wajah yang memerah karena malu, sang putri pun akhirnya diantar
oleh Issunboshi sampai ke rumah lagi. Akhirnya, karena keluarga sang putri
merasa sangat berhutang budi kepada Issunboushi mereka pun menikahkan putri
mereka yang cantik jelita itu dengan Issunboushi. Dalam pesta pernikahannya,
Issunboushi tidak lupa untuk mengundang kedua orang tuanya di desa. Akhirnya
mereka pun hidup berbahagia bersama
Judul asli: Issunboushi
(Si Jempol) berasal dari Prefektur Okayama.
Sumber: dari berbagai sumber
No comments:
Post a Comment